Why?

Akhir2 ini gue sering bgt ngerasa kecewa yang mungkin muncul karena ekspektasi2 gue sendiri. Mungkin semua bener. Mungkin semua teori2 itu ada benernya. Berharap sm seseorang cuma bikin kita ketergantungan, mematikan semua ekpektasi tentang perasaan ingin disayang dan dicintai sepenuhnya dengan segala mimpi-mimpi bahwa akan ada seseorang yang akan mencintai kita unconditionally.
    
Pertanyaannya skrng adalah. Knp semua ekspektasi itu tetep muncul ketika kita tau bahwa orang yang kita gadang2 akan membahagiakan kita justru org yg bisa mematahkan semuanya? 
    
Lagi2 gue hancur dengan segala pemahaman gue bahwa saling menyayangi itu cukup untuk bertahan dengan orang yang sudah menjadi pilihan gue.
    
Dan gue pun bertanya2 lagi. Apakah org yang pernah mematahkan hati gue, bisa menjadi orang yang bisa memperbaikinya lagi? Dimana gue udh mulai meragukan semuanya.
    
Gue seringkali kecewa dan pada akhirnya gue cuma bisa menyalahkan diri gue, menyalahkan semua harapan gue yang gak masuk akal untuk dipahami orang seperti dia yang gue sayang. 
    
Kekecewaan2 kecil yang lama kelamaan meradang bikin lubang di hati gue, yang membuat air mata gue jatuh berulang kali, dan pikiran gue gak karuan. Kusut. Pada akhirnya semua gaada gunanya. Dan gue cuma bisa bahagia dengan cara dan diri gue sendiri yg lbh tau apa yg gue inginkan. Cuma gue. Bukan org yang gue sayang.
    
Bahkan ribuan kalimat yang sebenernya keluar dari hati gue gaakan pernah bisa mengikis keegoisan yang dia miliki. Apapun yang pernah terjadi sama dia, gue rasa gue gaperlu menanggung rasa sakit yang sama. Gue cuma pengen disayangi. Diberi perhatian selayaknya org yg disayangi dan dikasihi. Nggak. Bukan karena kasihan atau rasa kemanusiaan. Tapi karena rasa sayang. 
    
Im so scared to stay for nothing. I wish i never regret it. Gue lelah. Ntah untuk yg kesekian kalinya hati gue sakit untuk bertahan. Ntah ini ekspektasi gue yg salah atau dia yang salah, salah dengan memperlakukan gue kaya gini. 
    
Menanggung cerita ini sendirian. Gakpernah semenyakitkan hal - hal lain yang pernah gue hadepin. Dan gue pikir ini aja udh cukup buat gue untuk suffer. Dan ternyata nggak. Ditambah semua sikapnya sm gue. Ini semakin membuat gue ragu, kecewa, sedih, kalut.
    
Setiap hari gue cuma bisa bertanya sama diri sendiri. Apa yang bisa meyakinkan gue sampe detik ini percaya kalau dia sayang sama gue selain kata bahwa “gue sayang sm lo” bahwa “gue rela tetep deket sm lo”?
    
Dan pernah kah lo berpikir kenapa gue tetep mau rela menerima lo kembali dan tetep deket sm lo? Gue mencoba meyakinkan diri. Tp sikapnya selalu bikin gue menyangkal bahwa org yang sayang seharusnya tidak seperti itu.  
    
Dan semakin hari sikapnya berangsur lebih buruk, seperti kehilangan gue bukan sesuatu yang perlu di permasalahkan. Seperti, semua semakin dibawa logic. Gaada space dalam pikirannya bahwa perasaan perlu dipakai.
    
Harus dengan cara apa lagi gue meyakinkan diri gue bahwa dia sayang sm gue? Seperti gue yg sayang sama dia.
 Yg bahkan berkali2 menolak orang yang lebih baik sikapnya dibanding dia.
    
Apa ada yg salah dengan berusaha menjadi versi terbaik dari diri lo untuk orang yg lo sayang, bahkan cuma dengan hal kecil seperti Get to know her better? Apalagi yang paling penting dari sayang sm orang kalau tidak untuk bikin dia bahagia? Apalagi.
    
Mungkin gue menjadi orang yg mencintai lebih dalam. Lebih dari ini semua yang gue rasa sekarang adalah gue mau untuk memberikan waktu, bantuan tenaga, telinga yang selalu mendengar, memberi saran ketika dibutuhkan. Mungkin dalamnya perasaan gue untuk dia membuat segalanya terasa masuk akal.
    
Lebih sering mengkhawatirkan dia meskipun dia tidak sebegitunya mengkhawatirkan gue. Dia bisa menjadi prioritas gue meskipun tidak sebaliknya, dan pada akhirnya gue cuma bisa bilang 
    
“Apakah gue ga sebegitu pentingnya ya buat dia?”
    
Mencoba mengalah dan mengerti semua yang dia jalanin. Dan sempat menganggap bahwa dia bisa jadi masa depan gue, yang mungkin sebaliknya adalah gue cuma sebagai bagian dari episode kehidupannya yang sewaktu2 akan berakhir. 
    
Dan yang lebih sering gue lakuin,  membuat pemahaman2 bahwa rasa takut kehilangan dia menurunkan standar gue  bahwa gak masalah saat gue tidak diprioritaskan, padahal gue sangat ingin diperlakukan dengan lebih baik. 
    
Dan pada akhirnya, saat dia melakukan sesuatu yang menyakitkan, gue coba menghibur diri dengan memunculkan berbagai pemakluman 
    
“Gue kuat. Gue gakpapa.”
“Dia gak bermaksud begitu” 
“Dia sayang sama gue, cuma caranya aja yg beda”
    
Rasa sayang yang mungkin tidak sepadan satu sama lain. Yang terkadang membuat rasa sakit itu trs muncul..
    
    

    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KIFF

The Truth